Tuesday, June 23, 2009


Buku- buku;
1. Sistem Asabah

Saturday, February 21, 2009

Thursday, June 5, 2008

Tentang Bani KUzari

Kuzari, (Drs. H.A. Kuzari Hayin), adalah kepala keluarga bani kuzari, lahir di Pekalongan, 8 Agustus 1938.
Istrinya bernama Hj. Siti Maziyah, yang lahir juga juga di Pekalongan, tgl 4 Agustus 1949.
dari pasutri ini, Allah SWT memberikan amanah yang menjadi Quratu a'yun bagi keduanya, sebanyak 10 orang, 5 putri, dan 5 putra.
1. Ninik Zamiluni
2. Achmad Zidni
3. Anna Zayyana
4. M. Zurittaqi
5. Esti Zaduqisti
6. M. ZimammulHaq
7. M. Zakhirurizqi
8. Zurbiz Ziro'ati
9. Zakiyatul Hadfah
10. Muhammad Zayyinil Akhos

CINTA, by eza

Cinta kami tidak bersisi dengan banyak sudut,
sebab di tiap sisi bersudut kan ada perhentian,
pada tiap perhentian kan ada rehat,
pada tiap rehat kan berbenturan banyak prasangka,

Cinta kami tidak berbentuk pejal,
karena pada setiap bentuk yang pejal tidak ada celah kosong,
bila tak ada celah kosong tak ada kesempatan tuk mengisi,
bila tak ada kesempatan tuk mengisi kan ada kejenuhan.

Cinta kami itu begitu sederhana dengan bundarnya,
tidak ada sisi berpisah dan sudut yang berseberangan,

Cinta kami adalah ruang-ruang kosong.,
dimana pada setiap perubahan masa dengan leluasa kami mengisinya,
dengan bibit-bibit bunga aneka warna,
dengan ratusan kumpulan awan berbagai bentuk,
dengan ribuan kupu-kupu bersayapkan lukisan,
dengan hujan,
dengan salju,
dengan terik ilalang terbakar,
dengan semilir segar rumput pagi,
dengan mistik harum cendana,
dengan pesona manja sedap malam,
dengan …. cinta kami yang tak pernah mati hanya untuk kami saja.


Cinta, …………
Kata yang singkat.
namun ketahuilah, bahwasanya tanpanya dunia akan sepi dan hampa.

Aku teringat akan Ibnu Qoyyim yang mengatakan:
“setiap perbuatan dan gerakan di alam semesta ini adalah berasal dari cinta dan keinginan.
Keduanya mengawali segala pekerjaan dan gerakan,
sebagaimana benci dan ketidaksukaan
mengawali untuk meninggalkan dan menahan diri dari sesuatu.”

Ketahuilah,
“Cinta menggerakkan seorang pecinta untuk mencari yang dicintainya,
dan kecintaannya akan sempurna manakala ia telah mendapatkannya .
Maka cinta itulah yang menggerakkan PECINTA ARRAHMAN,
pecinta Al-Quran,
pecinta ilmu dan iman,
pecinta materi dan uang,
pecinta berhala dan salib,
pecinta wanita dan anak-anak,
pecinta tanah dan air
dan pecinta-pecinta lain
yang akan bergetar hatinya saat yang dicintainya disebutkan namanya.

Benarkah ketika kita dengar Asma-Nya, hati kita tergetar karenanya?
Benarkah ketika dibacakan Al-Qur’an
serta-merta jiwa kita bangkit, kemudian tergeraklah batin kita,
karena rindu dan menikmati yang dicintainya?

Tahukah kita, pada cinta kita?
Pada cinta yang seharusnya dan semestinya?
Cinta yang utama, yang abadi.
Cinta yang agung dan tinggi
yang akan mengalahkan cinta-cinta lain di bawahnya.
Itulah cinta kita pada Ar-Rahman.

إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ

Dan bila benar cinta, ikutilah Jalan-Nya,
Niscaya cinta kita tak akan bertepuk sebelah tangan.
Kita mencintai-Nya.
Dia pun mencintai kita, betapa indah dunia dengan cinta.




*) Gubahan oleh Esti Zaduqisti dari puisi anonim

Wednesday, June 4, 2008

TIGA FASE ISLAMISASI PSIKOLOGI

Kini umat Islam mulai merasa bahwa apa yang menjadi miliknya di rebut oleh pihak lain, kebangkitan yang banyak diistilahkan sebagai gerakan modern Islam, pembaharuan, ataupun apa yang mengindikasikan umat Islam bangun dari keterpurukan, mengantarkan langkah untuk bertanggungjawab menjaga kelestarian peradaban Islam yang telah sarat dengan konsep-konsep universal dan kesempurnaan bagi kehidupan.

Salah satu bentuk tanggung jawab itu adalah apa yang telah digambarkan oleh Muhammmad Izuddin Taufiq. Dikatakan dalam bukunya "Psikologi Islam" bahwa topik pembahasan atau kajian psikologi melewati tiga fasenya sebelum akhirnya ia berkembang luas dilingkungan bangsa Arab dan Islam. Fase pertama adalah fase dimana masyarakat Arab bisa mempelajarinya dari buku-buku asing (buku-buku yang dibawa para penjajah) fase ini terjadi sebelum didirikanya Universitas Arab modern. Fase kedua adalah fase dimana masyarakat bisa mempelajari psikologi melalui kajian-kajian umum. Pada fase itu, bahasa Arab mulai dipergunakan dalam penerjemahan dan penulisan buku. Terlihat respon positif terhadap penggunaan bahasa Arab dalam kajian tersebut. Para peneliti pun mulai giat dalam menulis dan menerjemahkan berbagai kitab yang berhubungan dengan psikologi. Fase ketiga adalah fase di mana gagasan konsep murni psikologi mulai dimunculkan. Pada fase ini, para ilmuwan muslim mulai meneliti karakteristik masyarakat islami dan mulai membangun konsep baru psikologi yang sesuai denag karakteristik tersebut. (Taufiq, 2006: 16)

Ketiga fase tersebut menggambar periode adanya sebuah upaya yang digulirkan oleh para ilmuwan muslim dengan sebutan islamisasi pengetahuan (islamization of knowledge). Oleh tokoh-tokohnya seperti ismail Raji’ al-Faruqi, Ziauddin Sardar, Maurice Bucaille, dan Sayyed Hoessiein Nasr, juga tokoh-tokoh lain seperti Kuntowijoyo, dan Armahedi Mahzar.

Islamisasi pengetahuan didefinisikan dengan bermacam-macam pengertian berdasarkan pemahaman mereka. Seperti yang didefinisikan oleh Imad al-Din Khalil, bahwa islamisasi pengetahuan adalah keterlibatan dalam pencarian intelektual yang berupa pengujian, penyimpulan, penghubungan, dan publikasi dalam memandang hidup manusia dan alam semesta dari perspektif Islam. Sementara sardar menekankan epistemologi dalam membangun kerangka sains atau penegetahuan Islam. Sehingga menurutnya sains islami masih harus dikontruksi setelah membongkar sains modern yang ada (www.geocities.com/jurnal-iiit Indonesia/Psikologi Islam.htm)

Mengkontruksi sains islami ataupun membangun konsep baru psikologi, dalam konteks yang lebih khusus, yang sesuai dengan karakteristik masyarakat islami, setidaknya kita juga mampu memahami konsep-konsep yang telah dikonsepkan oleh para ahli dari Barat, karena secara kebetulan istilah psikologi dan teori-teorinya muncul dari sana.